Jumat, 16 Januari 2015

May 23 Terlanjur Nyantap Sate "Ayam" Dari Daging Tikus Di Semarang Awas..! Sate ayam dari daging tikus

بِسْــــــــــــــــمِ ﷲِ

Sate ayam dari daging tikus, adalah pengalaman ketika jalan-jalan di kota Semarang, kota tempat kuliahku dulu, Sepertinya Semarang adalah kota yang tidak pantas untuk dijadikan tempat wisata kuliner, karena pengalamanku selama 4 tahun di kota Semarang sudah cukup puas keliling mencari makanan yang bisa berkesan di hati. Kebetulan aku orang yang ribet dalam masalah makanan, maksudnya tidak mudah menyukai sembarang makanan. Di awal tahun pertama aku berada di kota Semarang sudah menemukan kejanggalan ketika mau makan malam. Karena ketika di pasar Johar, para pedagang makanan sangat semangat untuk menjajakan masakan. Ketika aku tertarik dengan salah satu rayuan pedagang makanan, akupun memesan nasi goreng, tetapi yang disajikan nasi goreng dengan kuah minyak goreng alias lebih banyak minyaknya dari pada nasi nya.. (hihh..) akhirnya setelah di bayar tanpa di makan, aku pindah ke warung sebelahnya, karena trauma dengan masakan yang bergoreng, maka aku mencari warung yang menawarkan menu makanan berkuah seperti bakso. Tetapi di luar dugaan ternyata makanan bakso memiliki kuah yang aneh, kuahnya sangat kental, seperti kuah yang sudah basi, akhirnya baksopun tidak di makan tetapi tetap saya bayar penuh.

Setelah itu saya ceritakan dengan teman kos, ternyata teman-teman di kos juga memiliki pengalaman yang sama dan bahkan lebih menjijikan. Seperti yang diceritakan bahwa ketika teman kos sedang makan mie ayam, bareng 4 teman yang lain. ketika semua sudah selesai menghabiskan mie ayamnya, yang terakhir salah satu dari teman menggigit mie yang kenyal setelah di keluarkan dari mulutnya ternyata buntuk tikus. Serentak teman-teman mencoba untuk memuntahkan mie yang sudah terlanjur habbis di proses oleh usus.
Sedangkan cerita teman yang lain lagi, pernah memergok langsung penjual sate ayam dari daging werok (tikus besar, sebesar kucing) yang merupakan langganan setianya, karena sate ayam yang dijual enak dan dagingnya besar-besar. Diketahuinya sate ayam dari daging werok, karena teman sebagai pelanggan tidak sengaja memasuki ruang belakang si penjual, dan melihat sekumpulan werok yang penuh kurap (penyakit kulit, karena sebagian bulunya sudah rontok) berada dalam kandang, yang siap untuk di oleh menjadi sate. Werok memang banyak berkeliaran di kota Semarang, Werok bukan binatang asli Indonesia tetapi dari Amerika, werok banyak ditemukan di daerah pelabuhan. Jadi wajar kalau werok menjadi sasaran untuk mengirit biaya produksi makanan di kota Semarang. (mungkin di kota lain juga ada, kebetulan di Semarang adalah kota yang pernah ku alami).
Nah, kemaren aku mampir ke kota Semarang lagi. Ketika lapar  menyerang aku sempat kebingungan untuk mencari makanan untuk mengisi perut. Akhirnya ku pilih tempat yang berpenampilan bersih dan agak mahal untuk ukuran kantong anak kos sih.. dan terpilihlah salah satu warung makan yang menyediakan nasi goreng. aku berharap nasi goreng kali ini tidak seperti yang pernah aku alami sebelumnya. setelah menunggu beberapa menit, datanglah nasi goreng, ternyata pengalaman terulang lagi, bentuk nasinya bukan nasi goreng, tetapi lebih cocok di sebut nasi bubur goreng. karena nasinya berbentuk bubur, padahal aku alergi dengan bubur. Akhirnya aku cabut lagi mencari tempat yang lain setelah di bayar tentunya. Aku langsung cabut dari jalan Gajah Mada, menuju ke jalan Pemuda. sebelum persimpangan Mall Sri Ratu, ada jejeran penjual sate ayam khas madura. Aku mencoba mampir dan memilih salah satu dari sekian banyak penjual sate ayam. Setelah memesan dan duduk santai menunggu hidangan sate ayam, aku memperhatikan si penjual dan daging yang belum dibakar, ternyata si penjual bukan orang madura (berdasarkan pengalaman sate yang di jual di jalan Gajah Mada penjualnya adalah orang madura). dan daging yang masih mentah terlihat mencurigakan. Setelah sate dihidangkan terlihat bentuk yang tidak biasa, dan teringat cerita dari teman tentang sate ayam dari daging werok. akhirnya kuputuskan makan satu tusuk saja, kemudian ku bayar dan cabut ke hotel. dan berhenti mencari makan lagi walaupun perut masih terasa lapar.
Aku share cerita ini bukan untuk memojokkan kota Semarang, kota Semarang adalah kota yang penuh pengalaman indah bagiku, tetapi untuk urusan masakan aku agak kecewa. dan aku berharap share kali ini bisa menjadikan kita lebih berhati-hati dalam urusan mencari makan. http://www.gaptect.com

3 komentar:

  1. Kalo soto ayam nya di jamin enak2 lho

    BalasHapus
  2. kebetulan saja mungkin kakak pas dapetnya yang seperti itu, namun masih sangat banyak makanan yang bersih & jujur. tergantung pintar2 memilih dan memfilter daerah2nya..

    BalasHapus
  3. Anak kos tapi di hotel? Apakah sumber bisa di percaya?

    BalasHapus